Kamis, 10 Mei 2012

Goodbye Nesta, Grazie Nesta


 
"ini adalah musim terakhirku bersama Milan."
"bulan Februari lalu aku memutuskan bahwa ini akan jadi musim terakhirku di Milan, aku juga udah bilang ke manajemen."
"aku dapet tawaran dari beberapa klub, tapi aku belum menandatangani kontrak dengan klub manapun."
"sepuluh tahun ini di Milan terasa sangat luar biasa dan indah."
"aku udah memenangkan banyak gelar dan karena rasa hormat ku ke klub dan diriku sendiri, sekarang aku mau pengalaman baru."
"aku gak keberatan pindah dan main di USA, tapi aku juga punya pilihan lain."
"aku akan merindukan semuanya disini. aku berterima kasih ke semua yang bekerja di Milanello, koki, pelayan, tukang sapu, semuanya."
"pastinya aku akan merindukan teman2-ku yang legendaris seperti Ambrosini, Gattuso, Seedorf, Maldini, Costacurta, Pirlo dan lainnya."
"kemenangan paling indah dan istimewa? Liga Champions 2003 mengalahkan Juventus."
"Ancelotti adalah pelatih terbaik. aku merasa sangat dekat dengannya. dia pelatih sempurna."
"aku sering ngobrol dengan Ancelotti dan baru-baru ini menelponku, tapi bukan karena ingin mengajakku ke PSG."
"aku pergi karena level Serie A, CL dan Copa Italia terlalu tinggi untukku sekarang. aku mau main di tingkat yang lebih rendah."
"manajemen memintaku bertahan semusim lagi, tapi aku udah bikin keputusan lain."
"siapa yang akan jadi penerusku? dia udah ada di Milan kok. dia Thiago Silva."
"untuk memulai siklus kemenangan, Milan harus temukan pemain yang tepat. pemain seperti Pirlo dan Seedorf yang telah berbuat banyak."
"Milan harus menciptakan sebuah kelompok pemain yang sangat profesional dan berjiwa pemenang untuk bisa menang lagi."
"aku meninggalkan Milan dengan perasaan kecewa, karena kami berharap bisa memenagkan Scudetto."
"aku gak tau masa depan Milan gimana nantinya, karena banyak pemain akan meninggalkan Milan sekarang."
"Ancelotti adalah pelatih terpenting dalam karirku, bukan hanya karena kami menangkan banyak gelar, tapi juga karena kepribadiannya."
"aku akan membawa serta kenangan 10 tahun ini, karena itu aku mau berterima kasih kepada manajemen, para pemain dan juga tifosi."
"kurasa ini saat yang tepat meninggalkan Milan. aku jelaskan alasanku kepada manajemen dan Galliani mengijinkanku pergi."
"tim Milan terbaik yang pernah aku bela adalah tim 2003/04, saat Kaka datang dan kami memenangkan Scudetto."
"pertahanan terkuat selama karirku di Milan adalah pertahanan musim 2004/05 dengan Stam, Maldini dan Kaladze."
"semua momen indah ini, yang aku jalani dengan Milan selama 10 tahun terakhir akan selalu ada di hatiku."
"Lazio dan Milan akan selalu ada di hatiku. hanya mereka klub yang pernah aku bela."
"aku akan mengenang kasih sayang dari semua orang yang bekerja di Milanello. aku sedih harus pergi, tapi mereka selalu jadi temanku."
"gak perlu waktu lama untuk menjelaskan Galliani tentang alasan kepergianku. cuma butuh 5 menit."
"ku harap Thiago Silva akan jadi lebih baik dariku dan memenangkan lebih banyak gelar dengan Milan daripada aku."
 sedih banget sumpah....huaaaaaaaaaaaaaa

Kamis, 03 Mei 2012

Derby Della Madonnina


Laga derby merupakan pertandingan antar tim yang berasal dari kota yang sama. Pertandingan ini biasanya memiliki aura pertandingan yang berbeda dengan aura pertandingan antar klub besar untuk memenangi trofi juara. Pertandingan ini sarat emosi bukan karena prestasi yang diperebutkan tetapi lebih karena gengsi.

Pembuktian kepada bagian lain dari kota tersebut bahwa merekalah yang lebih baik. Dalam Liga Italia Serie-A sendiri ada beberapa laga derby yang juga terbilang seru, ada Derby della Mole (juventus vs Torino), Derby della Capitale (As.Roma vs Lazio), Derby D’Italia antara Inter & Juventus, padahal bukan dari satu kota, tapi sejarahnya karena 2 klub ini belum pernah turun ke Serie B, sehingga jadi derby penguasa Serie A (Tapi akibat kasus Calciopoli tahun 2006, Juventus terpaksa turun ke Serie B karena dipastikan bersalah melakukan pengaturan skor) Dan “Ibu dari segala Derby” yaitu Derby Della Madonnina, yang pastinya sarat gengsi dan emosi antara 2 klub kota Milan, yaitu Internazionale dan AC Milan.

Asal kata Madonnina merupakan panggilan masyarakat setempat untuk patung Virgin Mary yang berada di puncak Katedral Milan, salah satu trademark kota Milan. Bagi warga Milan tempat tersebut merupakan tempat yang sakral dari segi rohani dan seperti yang kita ketahui dimana sepakbola menjadi sebuah “kepercayaan” di negeri Italia maka tidak berlebihan jika memberi nama derby ini della Madonnina, derby yang secara etimologis menganalogikan bahwa siapapun yang memenangkan derby tersebut, merekalah yang berada di puncak kota Milan.

 Tempat dilangsungkannya derby della Madonnina antara Milan & Inter menggunakan stadion yang sama namun dgn nama yang berbeda. Oleh kubu Inter, diberi nama Guiseppe Meazza untuk menghormati jasa mantan pemainnya yang juga merupakan nama resmi stadion ini, hal ini juga yang membuat Milanisti enggan menyebut stadion tersebut dengan nama yang sama mengingat nama itu adalah mantan pemain Inter sehingga kemudian diberi nama San Siro. Saat dilangsungkan derby para suporter membagi diri mereka menjadi dua bagian, yaitu curva nord, di bagian utara stadion yang menjadi tempat para Interisti dan curva sud, bagian selatan stadion yang menjadi tempat para Milanisti.

SEJARAH AWAL

Cerita tentang lahirnya persaingan antara kedua klub bermula tanggal 16 Desember 1899 dimana waktu itu hanya ada Klub Kriket dan Sepakbola Milan yang didirikan oleh Alfred Edwards. Saat itu ia menjadi presiden dari Klub Kriket dan Sepakbola Milan. Dibantu oleh Herbert Kilpin yang menjadi kapten klub sepakbola. Pada 9 Maret 1908, perselisihan mengenai dominasi pemain Italia dan Inggris di klub Ac Milan menyebabkan sekumpulan orang Italia & Swiss memecahkan diri dari Ac Milan untuk membentuk klubnya sendiri. Nama Internazionale diambil karena pendirinya ingin membuat satu klub yang terdiri dari banyak pemain dari negara luar. Pada era itu, Inter identik dengan kaum borjuis sedangkan Milan dengan kelas pekerjanya. Ternyata selain berbeda visi, suporter kedua tim juga memiliki perbedaan stratifikasi sosial yang menjadi alasan mengapa persaingan kedua klub kota Milan ini begitu panas.

ERA 90-AN HINGGA SEKARANG

Era rivalitas lainnya kembali mencuat di akhir 80-an serta awal tahun 90-an di mana trio Belanda: Marco van Basten, Frank Rijkaard dan Ruud Gullit bermain untuk Milan; sementara trio Jerman: Andreas Brehme, Jürgen Klinsmann dan Lothar Matthäus membela panji Inter.

Meski dalam periode ini, Rossoneri mendominasi sepak bola Italia dan Eropa, persaingan antara keduanya akan dikenang akibat final Piala Dunia 1990 - di mana tim Belanda memasuki turnamen sebagai salah satu favorit berkat sukses di Piala Eropa 1988 serta trio pemainnya mengecap sukses di Milan berkat raihan trofi Eropa secara beruntun di tahun 1989 dan 1990. Milan pun sukses mengunci scudetto di tahun 1988, dan Inter merebutnya setahun kemudian.

Ketika Belanda bersua Jerman di Piala Dunia, pertandingan tersebut dimainkan di kandang Inter dan Milan, Stadion San Siro - dan bagi kebanyakan orang laga itu terlihat seperti versi timnas dari derby Milan. Pertandingan panas itu berakhir dengan kekalahan De Oranje di kaki para pemain Jerman dan juga diusirnya Rijkaard setelah meludahi penyerang Jerman, Rudi Voeller. Jerman menang 2-1 dengan dua pemain Inter, Klinsman dan Brehme mencetak gol yang menghadirkan kemenangan moral bagi pendukung Nerazzurri.

Meski demikian, Milan terus membukukan sukses di pentas domestik dan internasional: mereka membangun skuad yang dijuluki Tim Tak Terkalahkan di bawah arahan Fabio Capello. Mereka memenangkan trofi Eropa kelima mereka di tahun 1984 dengan membekuk tim impian Barcelona yang dibesut Johann Cruyff 4 gol tanpa balas! Selain itu, Milan juga maju ke final kompetisi Eropa tiga kali secara beruntun.
Di sisi lain, penantian panjang Inter untuk gelar di turnamen besar dimulai setelah tahun 1989, dan baru berakhir di tahun 2006 kala skandal calciopoli memaksa Juventus menyerahkan scudetto 2005-2006 kepada Nerazzurri. Inter kemudian memenangkan gelar juara tahun 2007 dengan memecahkan rekor 17 kemenangan beruntun dan menang dua kali atas Milan - derby kedua yang bakal paling dikenang, karena sang fenomena, Ronaldo sebelumnya bermain untuk Inter di akhir 90-an.

LIGA CHAMPIONS 2004/2005

Derby paling dikenal antara Milan dan Inter di era ini mungkin adalah leg kedua perempat final Liga Champions pada 12 April 2005.
Milan unggul 1-0 (agregat 3-0) berkat gol cepat Andriy Shevchenko dan fans fanatik Inter mengamuk setelah gol Esteban Cambiasso di babak kedua dibatalkan wasit Markus Merk secara kontroversial. Botol dan barang-barang lain beterbangan ke dalam lapangan permainan, dan tak lama kemudian meningkat menjadi kembang api.

Saat kiper Milan, Dida berusaha membuang botol demi melepas tendangan gawang, sebuah kembang api yang dilempar dari tribun menghantam bahu kanannya dan memaksa wasit menghentikan laga di menit 74. Setelah ditunda selama 30 menit di mana para pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan api di lapangan, pertandingan dilanjutkan kembali. Namun semenit kemudian, wasit Markus Merk memutuskan untuk menghentikan laga sepenuhnya setelah makin banyak kembang api beterbangan ke lapangan.

Milan dihadiahi kemenangan 3-0 dan unggul agregat mutlak 5-0! Inter juga dijatuhi denda sebesar 200.000 euro - denda terbesar yang pernah dijatuhkan UEFA - dan harus menggelar empat laga Liga Champions mereka di musim 2005-2006 tanpa penonton.

Kemenangan Terbesar (Tidak Termasuk Pertandingan Persahabatan)

Milan

    * Milan 6-3 Inter on 30 April 1911 in Campionato
    * Inter 0–4 Milan on 1 April 1917 in Coppa Regionale Lombarda
    * Milan 8-1 Inter on 3 March 1918 in Coppa Mauro (the most emphatic scoreline in derby history)
    * Inter 0–4 Milan on 13 October 1918 in Coppa Giurati
    * Inter 2–5 Milan on 16 February 1919 in Coppa Mauro
    * Milan 5-3 Inter on 27 March 1960 in Campionato
    * Milan 4-0 Inter on 27 June 1963 in Torneo Città di Milano
    * Milan 6-4 Inter on 26 June 1969 in Torneo Città di New York
    * Milan 5-0 Inter on 8 January 1998 in Coppa Italia
    * Inter 0–6 Milan on 11 May 2001 in Campionato

 Inter

    * Milan 0–5 Inter on 6 February 1910 in Campionato
    * Inter 5-1 Milan on 17 February 1910 in Campionato
    * Inter 5-2 Milan on 22 February 1914 in Campionato
    * Inter 5-4 Milan on 6 November 1932 in Campionato
    * Inter 6-5 Milan on 6 November 1949 in Campionato
    * Inter 5-2 Milan on 28 March 1965 in Campionato
    * Inter 4-0 Milan on 2 April 1967 in Campionato
    * Milan 1–5 Inter on 24 March 1974 in Campionato
    * Milan 0–4 Inter on 29 August 2009 in Campionato

Head to head

Pertemuan   Inter Menang   Seri    Milan Menang    Inter Gol    Milan Gol

                                               Serie A
    175                   64             52           59                  255             236
                                             Coppa Italia
      23                    7               7              9                   22               32
                                      UEFA Champions League
      4                      0               2               2                   1                  6
                                           Pertemuan Lainnya
     72                    24              11           37                  163             159
                                                   Total
     274                  95               72          107                442             433

Top Skor (5 Pemain teratas)
Pemain                       Klub              Gol
Andriy Shevchenko      Milan               14
Giuseppe Meazza         Inter, Milan     13
Gunnar Nordah             Milan               11
Istvan Nyers                 Inter               11
Enrico Candiani             Inter, Milan     10



Transfer Pemain


Milan ke Inter

  • 1960: Lorenzo Buffon - Through Genoa
  • 1982: Fulvio Collovati
  • 1998: Roberto Baggio - Through Bologna
  • 1999: Christian Panucci - Through Real Madrid
  • 2000: Cristian Brocchi - Through Pro Sesto, Lumezzane and Verona, then back to A.C. Milan again in 2001
  • 2001: Dražen Brnčić
  • 2001: Andrés Guglielminpietro
  • 2001: Francesco Toldo - Through Verona, Trento, Ravenna and Fiorentina
  • 2002: Francesco Coco
  • 2002: Ümit Davala
  • 2003: Thomas Helveg
  • 2004: Edgar Davids - Through Juventus and FC Barcelona
  • 2006: Patrick Vieira - Through Arsenal and Juventus
  • 2010: Leonardo - Untuk Pelatih


Inter ke Milan


  • 1940: Giuseppe Meazza - Then back to Internazionale again in 1946 through Juventus, Varese and Atalanta
  • 1974: Aldo Bet - Through Roma and Verona
  • 1982: Aldo Serena
  • 1998: Maurizio Ganz
  • 1999: Taribo West
  • 2001: Andrea Pirlo
  • 2002: Clarence Seedorf
  • 2002: Dario Šimić
  • 2004: Hernán Crespo - Through Chelsea on loan, then back to Internazionale again in 2006
  • 2005: Christian Vieri
  • 2006: Giuseppe Favalli
  • 2007: Ronaldo - Through Real Madrid
  • 2010: Mancini - Played for Milan on loan from Internazionale
  • 2010: Zlatan Ibrahimović - Through Barcelona